Bila engkau ingin mengetahui secara persis
di mana letaknya batas-batas kemungkinan dalam hidup ini, aku kira engkau harus
berani mencoba melangkah setapak. Melewati sedikit saja garis kemungkinan.
Sampai engkau masuk dalam wilayah kemustahilan yang telah banyak membuat orang
putus asa. Setelah engkau alami sendiri, nanti baru tahu bahwa kemustahilan itu
hanya imajinasi orang yang berakal pendek. Imajinasi tersebut dibangun karena berdasarkan
ketergantungan kepada sesama. Tetapi ketika bergantungmu kepada Tuhan Yang
Mahakuasa maka apa saja bisa.
(Penggalan Irama Cinta, Buya Syakur –
Pengasuh PP Candangpinggan, Indramayu)
Membaca penggalan Irama Cinta dari Buya
Syakur sebelum membaca bab pertama dari This is My Way ini seolah sedang
mengingatkan saya sebagai pembaca bahwa sudahkah kalimat yang selama ini kita
lafazkan dalam doa dan salat benar-benar diterapkan dalam tingkah pola?
Bahwa sesungguhnya, salatku, hidup dan
matiku hanya untuk Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Membaca buku ini mengingatkan saya betapa
kuasa Tuhan itu memang tidak terbatas. Apa yang tidak mungkin di mata manusia,
bisa saja terjadi atas kehendak Allah. Kadang, sebagai manusia kita hanya ingat
untuk terus berusaha, lalu berhenti dan mengusahakan hal lain. Tanpa sejenak
memberi jeda pada jiwa untuk menyerahkan segala urusan yang sudah diselesaikan
pada Tuhan Sang Penggenggam Alam Semesta.
Manusia terlalu pongah ketika menumpukan
segala sesuatu dari kerja kerasnya saja tanpa mengingat bagaimana takdir Allah
bekerja, maka di sinilah kekuatan doa. Penulis mencoba menyampaikan banyak
hikmah pada kita bahwa bagaimanapun perjalanan hidup, jangan lupa akan hakikat
kita sebagai manusia, musafir di bumi ini.
Penulis memberikan banyak contoh real dalam
bukunya, mulai dari persoalan pendidikan, kegalauan yang tidak semestinya,
serta bagaimana menghadapi orang-orang toxic di sekitar kita. Bagian
paling menarik dan related dengan banyak pembaca nampaknya permasalahan
tentang pernikahan.
Pertanyaan soal, “Kapan nikah?” nampaknya
menjadi salah satu trending topic di Indonesia. Meskipun sebenarnya
pertanyaan itu tidak salah, namun kadang hal tersebut bisa menjadi motivasi
bagi yang mendengar untuk bersegera menikah. Lalu apakah bersegera menikah juga
salah? Tentu saja tidak. Menyegerakan kebaikan adalah hal yang dianjurkan.
Namun, kita harus tahu apa sebenarnya alasan ingin segera menikah?
Apakah karena omongan orang lain?
Atau karena memang kita benar-benar ingin dan wajib menikah?
Penulis memberikan gambaran bagaimana orang
yang ingin menikah karena memang sudah siap dengan ilmu dan segala
konsekuensinya, juga orang yang ingin menikah hanya karena keinginannya.
Kalimatnya yang luwes dan bahasanya yang sederhana menghadirkan kesadaran pada
pembaca untuk menjalani hari dengan bahagia karena inilah jalan yang harus kita
tapaki sendiri, bukan orang lain.
Penulis juga secara lengkap memberikan
gambaran bagaimana ketika Sayyidina Ali dan Fatimah Az-Zahra saling menantikan
saat-saat menjadi pasangan halal. Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan
pembaca tidak lagi galau perkara cinta, jodoh, dan hal-hal sejenisnya.
Ada banyak buku yang saya baca, tetapi
tidak semua bisa memenuhi gizi untuk pikiran. Membaca bab demi bab dalam This is My Way, saya
menyadari banyak hikmah yang bisa diambil darinya. Saya belajar sekaligus
melahap gizi yang dibutuhkan. Sebab manusia butuh dua sayap untuk bisa terbang
mencapai kebahagiaan. Satu sayap jasmani, satu sayap rohani. Keduanya harus
seimbang. Teman-teman harus jadikan buku ini sebagai salah satu referensi di
saat kita butuh penyeimbang.
This Is My Way, Sebuah Perjalanan Menemukan Hakikat Hidup yang Sesungguhnya.
Penulis : Maftuha
Penerbit Caraka Publishing, Tuban. 162 halaman, Cetakan Pertama Agustus
2020
Tentang Penulis Buku
Alamat platform: www.sanguinis07.com
Ig: @maftuha_07
0 Komentar