Nina Saingo
Desa Popo terkenal sebagai desa penghasil jagung. Jagung-jagung yang berasal dari desa Popo memiliki buah yang besar dan tidak pernah ada yang rusak. Warga desa Popo juga mempunyai kebiasaan yang istimewa, setiap kali hendak menanami kebun dengan tanaman jagung, mereka akan bergotong-royong untuk membersihkan dan membantu menanami jagung di tiap kebun keluarga yang ada di desa itu.
Tahun ini, kebiasaan istimewa itu tidak ada lagi. Masing-masing keluarga sudah memiliki sendiri alat penyemprot rumput yang punya kekuatan super. Sekali saja disemprot, besoknya rumput-rumput akan layu dan kering seketika. Namun, Popo tidak memiliki uang yang banyak untuk membeli alat penyemprot sehingga ia harus berusaha sendiri membersihkan kebun dan menanaminya.
Para peri jagung banyak yang jatuh sakit karena semprotan bahan berbahaya tersebut. Tapi mereka ingat ada sebuah kebun jagung yang bebas dari bahan berbahaya itu. Ya, kebun jagung milik Popo menjadi tempat tinggal yang baru untuk semua peri. Popo tidak berkecil hati meski merasa kelelahan, ia tetap bekerja sambil bernyanyi riang. Saat ia bernyanyi, para peri akan keluar dari rumput-rumput ajaib dan menari bahagia. Para peri akan menaburkan bubuk ajaib untuk memberkati tanaman jagung milik Popo.
Panen pun tiba, semua tanaman
jagung milik Popo besar-besar dan tidak ada yang rusak, sedangkan tanaman
jagung milik warga desa, kecil-kecil serta banyak yang rusak. Warga desa merasa
sangat sedih, mereka bertanya-tanya penyebab gagal panen di tahun ini. Ada yang
bilang itu ulah Popo yang iri dengan para warga karena tidak lagi membantu dia dan berbagai macam tuduhan pada dirinya. Namun, Popo tidak marah sedikitpun.
"Tanaman
jagungku juga rusak dan buahnya kecil-kecil," keluh yang lain.
Mereka saling
memandangi dan merasa marah. Ulah siapa sehingga tanaman mereka menjadi rusak
dan terancam gagal panen.
Warga
mencari Popo dan menemukannya sementara di kebun. Ia sedang asyik mencabuti
ilalang di sela-sela tanaman jagungnya sambil bernyanyi merdu.
“Popo, Kau
rupanya ada di sini,” Teriak seorang warga.
Popo mengangkat
wajahnya dan mendapati banyak sekali warga yang datang di kebunnya. Ia tersenyum
bahagia menyambut mereka.
Sungguh baik sekali mereka mau datang membantuku di
kebun. Ah, untunglah tadi aku membawa cukup banyak makanan. Batin
Popo.
“Wah, senang
sekali mendapatkan kunjungan dari kalian. Ayo, beristirahatlah sejenak di bawah
pohon mangga yang rindang ini, kebetulan aku membawa banyak makanan. Sehabis
makan dan beristirahat baru kita bekerja. Pekerjaan di kebunku juga tidak
terlalu banyak, kok!” kata Popo.
“Siapa yang mau
membantumu? Kami ke sini mau menanyakan apa yang kau perbuat sehingga kebun kami
menjadi rusak?” amuk warga yang lain.
Popo mengernyit kebingungan.
Ia sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi dengan kebun-kebun milik warga desa. Kemarahan warga membuat mereka juga ingin menghancurkan kebun
milik Popo. Saat itulah, peri jagung menampakkan wajahnya. Semua orang
terkejut. Peri jagung mengenakan pakaian dari kulit jagung yang berwarna
keemasan, mahkotanya berwarna hijau daun, dan tongkatnya berhiaskan bulir-bulir
jagung yang berkilau.
“Kalian manusia yang
tidak tahu berterima kasih, bertahun-tahun lamanya, kalian bergotong-royong,
mencabuti rumput-rumput liar dengan berhati-hati sehingga tanaman yang
bermanfaat tetap tumbuh. Kalian selalu memuja semua tanaman dengan kata-kata
baik setiap hari. Kini, bahan berbahaya yang kalian semprot membunuh habis
bakteri baik dalam tanah dan para peri kehilangan tempat tinggal. Rupanya
kalian sudah tidak memerlukan para peri lagi, sehingga tanaman kalian berbuah
kecil dan banyak yang rusak,” jelas peri jagung.
Warga desa yang
mendengar penjelasan peri jagung tertunduk malu, mereka sangat menyesali
perbuatan mereka. Mereka mengakui jika karena rasa malas, membuat mereka
bekerja dengan cara yang lebih gampang yakni meyemprot agar rumput-rumput cepat
mati. Mereka lupa jika di dalam tanah banyak sekali mahkluk hidup baik yang membantu menyuburkan tanah mereka.
“Peri yang baik
hati, maafkan kami. Bolehkah kami diberi kesempatan sekali lagi untuk mengolah
tanah dengan cara kami yang dulu?” tanya Popo berhati-hati.
Peri mengangguk
sambil tersenyum. Tongkat ajaibnya diayunkan berputar-putar di angkasa. Sekejab
saja semua kebun warga menjadi lahan kosong.
“Ayo, kita mulai
dari awal lagi. Para peri akan membantu kalian semua dengan menabur benih ajaib
yang akan memberkati kebun kalian. Selalu bergembira dalam bekerja dan jangan
pernah membunuh makhluk tak berdosa dengan bahan yang berbahaya,” kata peri
jagung.
Begitulah kisah Popo
dan peri jagung yang baik hati. Semenjak itu, desa Popo tidak pernah lagi
menggunakan bahan berbahaya bagi tanaman dan kebun mereka. Mereka tahu jauh di
dalam tanah para peri sementara menyiapkan serbuk ajib untuk memberkati tanamannya. [end]
Pesan Moral : Bekerjalah dengan rajin dan gembira.
0 Komentar