Nina Saingo

(@ninasaingo)






“10,11,12,13,14,15. Wah, ternyata semuanya berjumlah lima belas buah jeruk,” sorak Lolo tupai.


Ia melihat ke atas pohon jeruk peninggalan keluarganya. Matanya seakan takjub dengan hasil pohon yang melimpah. Selain dijual, ia suka berbagi kepada siapa saja. Semua hewan sangat menyukai Lolo yang baik hati, suka menolong dan tidak pernah mengeluh.


Hmm, masih banyak sih. Namun hari sudah hampir sore. Batinnya.


Tangannya cekatan mengumpulkan buah–buah jeruk itu ke dalam karung berwarna ungu. Itu warna kesukaannya.


“Nah, sekarang sudah beres. Besok pagi-pagi, aku akan ke pasar dan menjualnya. Aku akan membeli ponsel baru berwarna ungu,” teriak Lolo sepanjang perjalanan pulang.


Geri gajah dan Coco kelinci yang mendengar teriakannya saling memandang sambil tersenyum.

Sepanjang perjalanan pulang hingga sampai di rumah, Lolo membayangkan ponsel baru berwarna ungu. Selama ini, ia belajar dari rumah bersama Bobi beruang yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Ponsel Bobi berwarna biru cerah, itu merupakan warna kesukaan Bobi. Layar ponselnya sangat besar sehingga mereka tidak kesulitan saat mengerjakan tugas atau melakukan pembelajaran secara daring dengan ibu Doli domba.

Malam semakin larut, namun Lolo belum juga bisa menutup matanya. Pikirannya melayang pada ponsel berwarna ungu yang akan dibelinya. Ia tersenyum bahagia. Ah, semoga hari cepat pagi. Batinnya.

Atik ayam sekeluarga sudah berkokok begitu juga dengan Pipit burung sekeluarga. Nyanyian mereka terdengar begitu indah hingga membangunkan semua hewan. Ada yang berolahraga seperti Cita capung, ada yang menari bahagia seperti Lili lebah dan bahkan Tiko tikus tanah yang mengeruk tanah pun tak terdengar oleh Lolo. Ia benar-benar tertidur pulas.

Matahari sudah semakin tinggi, sinarnya menyentuh kaki Lolo. Terasa hangat dan sedikit menyengat hingga membuat Lolo terbangun dengan kaget.


“Wah, aku terlambat ke pasar. Bagaimana kalau pasarnya di tutup?” kata Lolo panik.


Lolo berjalan tergesa-gesa dan kadang ia berlari agar bisa segera sampai di kebun jeruknya. Pikirannya masih melayang di ponsel baru yang sudah lama ia impikan. Tapi, betapa terkejutnya ia saat mendapati karung berwarna ungu yang berisi jeruk-jeruk hilang. Ia mencari di sekeliling kebun namun karung itu tetap tak ada.


Pasti ada yang memindahkannya. Sebaiknya, aku bertanya pada teman-teman. Batinnya.


Lolo berlari dan menemukan Zebo zebra di sudut jalan.


“Apa kau melihat karung ungu berisi jeruk milikku?” tanya Lolo.


“Wah, sayang sekali. Aku tak melihatnya. Aku hanya tertarik melihat hijaunya rumput-rumput di sini," jawab Zebo.


Lolo berjalan terus dan melihat Jeri jerapah yang sedang berada di sekitar pohon akasia.


“Apa kau melihat karung ungu berisi jeruk milikku?” tanya Lolo.


”Maaf ya, Lolo. Sepanjang hari aku hanya melihat daun-daun akasia ini kelihatannya lebih nikmat untuk disantap,” jawab Jeri.


Lolo kembali berjalan, ia begitu pikiran dengan karung ungu miliknya sehingga menabrak Bombom belalang yang sedang latihan menari bersama Cita kupu-kupu.


“Lolo, kau menabrakku. Apa yang terjadi dengan dirimu?” tanya Bombom.


“Maafkan aku, Bombom dan Cita. Aku kebingungan mencari karung ungu milikku. Apakah kalian melihatnya?” jelas Lolo.


Mereka berdua menggelengkan kepalanya.


“Maaf ya, Lolo. Kami tidak bisa membantumu mencarinya. Kami harus berlatih menari untuk acara pembukaan pada konser musik minggu depan,” balas Cita.


Lolo berjalan pulang ke rumah dengan lesu. Hilang sudah harapannya memiliki sebuah ponsel. Air mata menetes begitu saja di pipinya. Ia begitu sedih. Ia berjalan menunduk, membuka gagang pintu kayu dengan lemah dan...


“Selamat ulang tahun, Lolo.” sorak teman-temannya. Ia kaget melihat teman-temannya. Wajah sedihnya langsung berubah bahagia.


“Ini kado dari kami semua,” kata Bobi beruang.


Raut wajah Lolo berubah melihat karung ungunya yang ia cari sepanjang hari ini.


“Ini kan karung milikku,” balas Lolo. Tangannya segera membuka karung ungu itu. Tangisnya pecah seketika.


“Teman-teman, bagaimana bisa?”


“Bagaimana kami bisa mengetahui keinginanmu ya?” potong Coco kelinci.


Tangannya memegang ponsel ungu, air mata bahagia tumpah membasahi pipinya. Ia memeluk mereka semua dengan bahagia.


“Ini ulang tahun paling indah bagiku. Aku selalu mengasihi kalian,” isaknya. [end]






Pesan Moralnya

Selalu ada keajaiban bagi orang-orang baik.