Nasib Seekor Burung
Seekor burung hinggap
pada kayu lapuk
hidup telah
melemparkannya ke sana
Setelah lolos dari bidikan senapan
seorang pemuda
Hidup yang semula melindungi
kelak mencelakai bila waktunya
garis tadir yang lurus akan mengenai
siapa saja
Setelah itu
jalan-jalan akan licin kembali
selepas itu burung lain
akan bernasib sama
Nasib Seorang Bocah
Seorang bocah menadah air hujan
Lalu ditapisnya dan muncul wajah ibunya
Yang menukik dengan sayapnya
Seorang bocah menumbuk rasa nyeri
Dicampur ngilu dan linu
Yang menusuk hari-harinya
Seorang bocah mewarnai kuku-kukunya
Memulai upacara mengusir bala
Di depan toko yang menjual ibunya
Pengintaian
Siapa yang masih menulis sajak
di tahun seduka ini
kematian mematuk-matuk siapa saja
yang berkeliaran di luar rumah
Berapa ongkos bersembunyi dari maut
dari neraka yang panjang
di musim sesuram ini
semua pohon berbuah pahit
Siapa pula yang masih bernyanyi itu
penuh luka dan ampas kesedihan
maut memandangnya
ia memberi restu
Serat Sihir di Bawah Ranjangku
Telah kurawat ranting ranggas
Menjadi pohon berbuah ranum
Seperti ramalanmu
Yang merintangi jalanku
Aku tak akan meraup rasa lega
Meski hidupku penuh pesta
Seperti rahasiamu
Yang merangkak di malamku
Rengekanku rekah di dadamu
Di remang alis hitammu
Lepaskanlah aku yang hina
Dari yang menjalar dari bawah ranjangku
Penulis: Saharuddin Ronrong asal Makassar, lahir 19 September. Facebook: Didin Daeng Ronrong.
0 Komentar